Rabu, 29 Februari 2012

Calcium-independent phospholipase A2 participates in KCl-induced calcium sensitization of vascular smooth muscle

Paul H. Ratz1,2 ,*, Amy S. Miner1,2, and Suzanne E. Barbour1
1Department of Biochemistry and Molecular Biology, Virginia Commonwealth University School of Medicine, USA
2Department of Pediatrics, Virginia Commonwealth University School of Medicine, USA


Abstract
In vascular smooth muscle, KCl elevates intracellular free Ca2+ ([Ca2+]i), myosin light chain kinase activity and tension (T), but also can inhibit myosin light chain phosphatase activity by activation of rhoA kinase (ROCK), resulting in Ca2+ sensitization (increased T/[Ca2+]i ratio). Precisely how KCl causes ROCK-dependent Ca2+ sensitization remains to be determined. Using fura-2-loaded isometric rings of rabbit artery, we found that the Ca2+-independent phospholipase A2 (iPLA2) inhibitor, bromoenol lactone (BEL), reduced the KCl-induced tonic but not early phasic phase of T and potentiated [Ca2+]i, reducing Ca2+ sensitization. The PKC inhibitor, GF-109203X (3μM) and the pseudosubstrate inhibitor of PKCζ produced a response similar to BEL. BEL reduced basal and KClstimulated myosin phosphatase phosphorylation. Whereas BEL and H-1152 produced strong inhibition of KCl-induced tonic T (~50%), H-1152 did not induce additional inhibition of tissues already inhibited by BEL, suggesting that iPLA2 links KCl stimulation with ROCK activation. The cPLA2 inhibitor, pyrrolidine-1, inhibited KCl-induced tonic increases in [Ca2+]i but not T, whereas the inhibitor of 20-HETE production, HET0016, acted like the ROCK inhibitor H-1152 by causing Ca2+ desensitization. These data support a model in which iPLA2 activity regulates Ca2+ sensitivity.

Keywords : vascular smooth muscle; rabbit artery; contraction; K+-depolarization; Ca2+ signaling; fura-2; signal transduction; Ca2+ sensitization; Rho-kinase; PLA2; BEL; ETYA; NDGA; HET0016; H-1152; HA-1077; Y-27632; 20-HETE; pyrrolidine-1; GF-109203X; PKC pseudosubstrate inhibitor.

Sumber : Cell Calcium. 2009 July ; 46(1): 65–72. doi:10.1016/j.ceca.2009.05.001.
Full Text
DOWNLOAD Here, via Mediafire

BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN PENELITIAN DI PERGURUAN TINGGI UNTUK PENELITIAN DESENTRALISASI (SKIM HIBAH PENELITIAN MULTI YEARS) PENDANAAN TAHUN 2013

Oleh : DP2M DIKTI


PROGRAM PENELITIAN DESENTRALISASI MEKANISME PENGUMPULAN PROPOSAL, SELEKSI DAN PENDANAAN, MONITORING DAN EVALUASI

a.      Pengumpulan Proposal Penelitian
1.      Untuk Perguruan Tinggi Kelompok Mandiri, Utama, Madya, Binaan (khusus PTN dan Politeknik Negeri), dan Politeknik Non-Binaan (Negeri dan Swasta), proposal penelitian dikumpulkan di perguruan tingginya masing-masing.
2.      Untuk Perguruan Tinggi Swasta/PTS (termasuk Politeknik) Kelompok Binaan proposal penelitian dikumpulkan di peguruan tingginya masing-masing, selanjutnya secara kolektif dikirimkan ke Kopertis Wilayah dimana perguruan tinggi tersebut berdomisili.
3.      Proposal dikirimkan dalam bentuk soft copy (CD) dan 3 rangkap hard copy.
4.      Untuk Perguruan Tinggi Kelompok Mandiri, Utama, Madya, Binaan (khusus PTN dan Politeknik Negeri), dan Politeknik Non-Binaan (Negeri dan Swasta), rekap proposal penelitian dikirimkan ke Dit. Litabmas Dikti dalam bentuk CD dan melalui E-mail : dp2mdikti@yahoo.co.id
5.      Kopertis mengirimkan soft copy kompilasi rekap proposal penelitian dari setiap PTS Binaan ke Dit. Litabmas Dikti dalam bentuk CD dan melalui E-mail : dp2mdikti@yahoo.co.id

b. Seleksi Proposal dan Penetapan Hasil Seleksi
1.      Untuk Perguruan Tinggi Kelompok Mandiri, Utama, Madya dan Politeknik Non-Binaan, seleksi proposal penelitian dilaksanakan di perguruan tinggi masing-masing dengan menggunakan Reviewer Internal.
2.      Dalam hal perguruan tinggi belum mempunyai kecukupan reviewer internal sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka perguruan tinggi tersebut diwajibkan untuk menggunakan reviewer eksternal yang mengutamakan reviewer Dit. Litabmas Dikti.
3.      Untuk Perguruan Tinggi Kelompok Binaan (PTN, PTS, dan Politeknik), seleksi proposal penelitian dilaksanakan oleh Dit. Litabmas Dikti yang berkoordinasi dengan Kopertis. Tempat dan waktu seleksi ditentukan kemudian.
4.      Kecuali Penelitian Dosen Pemula, seleksi proposal penelitian dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu desk evaluasi dan pemaparan proposal bagi yang lolos dalam tahap desk evaluasi.
5.      Bagi perguruan tinggi kelompok Mandiri, Utama, Madya, Binaan (khusus untuk PTN), dan Politeknik Non-Binaan, pengumuman hasil seleksi proposal penelitian dilakukan oleh perguruan tinggi dengan Surat Keputusan Pimpinan Perguruan Tinggi setelah ada kepastian pagu dana dan persetujuan dari Dit. Litabmas Dikti.
6.      Bagi perguruan tinggi swasta kelompok Binaan, pengumuman hasil seleksi proposal penelitian dilakukan oleh Kopertis melalui Surat Keputusan Koordinator Kopertis setelah ada kepastian pagu dana dan persetujuan dari Dit. Litabmas Dikti.

c. Pendanaan Penelitian dan Biaya Pengelolaan Penelitian
1.      Sumber dana penelitian yang didesentralisasikan ke perguruan tinggi dapat bersumber dari :
·         Dana desentralisasi penelitian dari Dit. Litabmas Dikti
·         Dana internal perguruan tinggi
·         Kerjasama penelitain dengan lembaga lain (pemerintah/swasta, dalam dan luar negeri).
·         Sumber dana lain yang tidak mengikat
2.      Segala biaya yang timbul akibat pengelolaan desentralisasi penelitian di perguruan tinggi kelompok Mandiri, Utama, Madya dan Politeknik Non-Binaan yang meliputi biaya pengelolaan dan seleksi proposal, monitoring dan evaluasi (monev) internal, seminar hasil penelitian internal, pelaporan hasil penelitian ke Dit. Litabmas, dan diseminasi hasil-hasil penelitian dibebankan kepada anggaran perguruan tinggi masing-masing.
3.      Biaya pengelolaan desentralisasi penelitian (seleksi dan pemaparan) pada PTN kelompok Binaan dibebankan kepada anggaran Dit. Litabmas Dikti.
4.      Biaya pengelolaan desentralisasi penelitian pada PTS kelompok Binaan (seleksi dan pemaparan) dibebankan kepada anggaran Dit. Litabmas Dikti yang berkoordinasi dengan Kopertis.
5.      Dana desentralisasi penelitian untuk PTN disalurkan melalui DIPA masing-masing PTN.
6.      Dana desentralisasi penelitian untuk PTS disalurkan melalui DIPA Kopertis pada wilayah dimana PTS tersebut berdomisili. Selanjutnya Kopertis menyalurkan dana tersebut
……………………………..

Lengkapnya  Silahkan di Download aja buku panduannya…..
DOWNLOAD   Monggo……

Selasa, 28 Februari 2012

BUKU PEDOMAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 2011

OLEH :  DP2M DIKTI

TIPE FILE : PDF


PENGANTAR
Didasari kesadaran penuh atas adanya kesenjangan antara teori yang diperoleh mahasiswa dengan realita kebutuhan masyarakat dan munculnya tuntutan masyarakat atas mutu lulusan perguruan tinggi yang mandiri dan siap mengantisipasi arah pengembangan bangsa, pada tahun 1997 Direktorat Penenlitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, DITLITABMAS merealisasikan Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (PBKPT). Salah satu komponen program kunci di dalamnya adalah Program Karya Alternatif Mahasiswa (KAM). Program ini hanya dapat diakses dan dilaksanakan mahasiswa sedangkan program lainnya seperti Kuliah Kewirausahaan (KWU), Kuliah Kerja Usaha (KKU), Magang Kewirausahaan (MKU), Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK) dan Inkubator Wirausaha Baru (INWUB), proposal diajukan kelompok dosen namun wajib menyertakan mahasiswa sebagai pelaku lapangan. KAM merupakan wahana kreasi bagi mahasiswa dalam menciptakan produk (barang atau jasa) yang akan menjadi komoditas usahanya kelak. Sedangkan pematangan sebagai entrepreneur dilakukan pada program INWUB. Dengan demikian, PBKPT merupakan satu kesatuan program pendorong Perguruan Tinggi (PT) dalam menghasilkan enter- ataupun teknopreneur dari kampus.

Dalam perkembangannya, KAM terasa sangat membatasi ruang kreasi mahasiswa yang memiliki minat, bakat dan intelektual beragam. Pada tahun 2001, DITLITABMAS kemudian mengembangkan KAM menjadi Program Kreativitas Mahasiswa yang membuka peluang mahasiswa dalam berkarya seluas para dosennya. Sejak saat itu dikenal berbagai jenis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), yaitu: PKM-Penelitian (PKMP), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dan PKM-Penulisan Artikel Ilmiah (PKM-I). Pada tahun 2002, PKM bergabung dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) ke dalam program Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di Surabaya.

Atas kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, sejak tahun 2009 pelaksanaan Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) yang dahulunya bernama LKTM diintegrasikan pengelolaannya ke dalam PKM. Mengingat sifatnya yang identik dengan PKM-I, maka program KKTM dikelompokkan bersama PKM-I ke dalam PKM-Karya Tulis (PKM- KT). Untuk membedakannya, PKM-I diberi nama baru PKM-Artikel Ilmiah (PKM-AI) dan KKTM menjadi PKM-Gagasan Tertulis (PKM-GT) sesuai dengan sumber bahan penulisannya. Sesuai dengan sifat artikel yang dihasilkan, maka PKM-AI akan bermuara pada Jurnal Kreativitas Mahasiswa, sedangkan PKM-GT menggantikan posisi PKM-AI di PIMNAS.

Penilaian atas mutu usulan, proses pelaksanaan dan presentasi di PIMNAS, seluruhnya dilakukan berdasar atas level kreativitas mahasiswa dan orisinalitas. Orisinalitas dalam hal ini tidak hanya diartikan sebagai suatu temuan baru, akan tetapi ide yang akan direalisasikan murni berasal dari kelompok mahasiswa. Dengan demikian, Pembimbing PKM disarankan agar berperan sebagai pendamping mahasiswa yang mengawasi pelaksanaan PKM agar sesuai dengan misi masing-masing program dan tidak menjadikan mahasiswa sebagai bagian riset ataupun kegiatan akademik dosen lainnya.

Agar objektivitas pengelolaan PKM dan PIMNAS dapat terjaga dengan baik, DITLITABMAS menerbitkan Buku Pedoman PKM 2011 sebagai acuan bagi semua pihak di Perguruan Tinggi yang memerlukan informasi tentang sejarah, uraian umum, kriteria penulisan usulan, teknik penilaian di setiap tahap pelaksanaan, teknik penyusunan laporan seluruh program PKM yang ditawarkan DITLITABMAS Ditjen Dikti, juga bentuk apresiasi yang diberikan. Pedoman ini juga mengutip tanpa perubahan sebagian informasi Pedoman KKTM yang diterbitkan Direktorat Akademik Ditjen Dikti guna menghindari kesulitan realisasi PKM-GT di PT. Tahun 2011, DITLITABMAS merevisi Pedoman PKM 2010, mengakomodasi dinamika yang terus berkembang di lingkungan pembina mahasiswa da mahasiswa. Evaluasi tahunan yang dilakukan Satgas PKM DITLITABMAS

Klik

Menulis Laporan Kinerja Dosen dengan Software BKD

Pertama kali, saya ucapkan selamat kepada bapak ibu yang telah mendapatkan sertifikasi dosen pada tahun ini atau pada tahun sebelumnya.  Semoga, dengan mendapatkan sertifikasi tersebut, bapak ibu dosen bisa meningkatkan profesionalitasnya sebagai akademisi maupun peneliti, sehingga dapat diterapkan dan berguna bagi kehidupan masyarakat, khususnya bangsa Indonesia.  Selain itu, secara langsung adanya sertifikasi dosen ini berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan dosen karena mendapatkan tunjangan fungsional dari pemerintah.

Sebagai kewajiban, para dosen yang telah mendapatkan sertifikasi harus melaporkan kinerjanya dengan mengisi beban kerja dosen (BKD) pada tiap semester berjalan.  BKD ini dilaporkan kepada DIKTI dengan menggunakan software BKD edisi terbaru (edisi oktober 2011), terutama untuk BKD semester gasal tahun ajaran 2011/2012.  untuk mempermudah bapak ibu dalam mengisi BKD, silahkan download software terbaru yang kami dapatkan dari website kopertis.
















Software BKD edisi oktober 2011  DOWNLOAD

Selain itu, silahkan download juga

Contoh pelaporan BKD  DOWNLOAD
Pedoman Beban Kerja Dosen  DOWNLOAD
Rubrik yang disempurnakan  DOWNLOAD
Tata cara penyusunan laporan BKD  DOWNLOAD

Jumat, 24 Februari 2012

Characterization of histamine receptor sub-types regulating prostacyclin release from human endothelial cells

Characterization of histamine receptor sub-types regulating prostacyclin release from human endothelial cells

Helen A. Bull, P.F. Courtney, M.H.A. Rustin & 'Pauline M. Dowd

 Abstract
1.      The histamine receptor sub-types that are involved in the initiation and maintenance of prostacyclin (PGI2) release from human endothelial cells have been investigated.
2.      Endothelial cells cultured from umbilical vein (HUVEC) were incubated with either histamine, the selective HI-receptor agonists, 2-methyl histamine (2-MeHA) or thiazolylethylamine (ThEA), the H1- agonist/H3-antagonist, P-histine (,3-His), the selective H2-agonist, dimaprit, the H2-agonist/H3-antagonist, impromidine, the selective H3-agonist, (R)o-methylhistamine ((R)a-MeHA) and the H3-antagonist, thioperamide.
3.      The H1-agonists and the H3-agonist (R)a-MeHA induced a concentration (100 nM- mM) and time-dependent release of PGI2 as determined by radioimmunoassay for 6-keto-PGFj,, but were  less potent than histamine itself. The rank order of potency was the same following 30min and 24h incubation, i.e. histamine> ThEA> 2-MeHA> >1P-His> (R)a-MeHA.
4.      Histamine and 2-MeHA (1 gM-I mM), ThHEA (10O M-1 mM) and (R)x-MeHA (1 mM), but not 1-His, induced a significantly greater increase in PGI2 release after 24 h incubation than after 30 min incubation (P <0.05).
5.      Neither the selective H2-agonist, dimaprit, nor the H2-agonist/H3-antagonist, impromidine alone induced release of PGI2.
6.      The HI-antagonist, mepyramine (1O M), abolished release of PGI2 induced by histamine, the H1-agonists and (R)a-MeHA but the H2-antagonist cimetidine (10 jiM) and the H2/H3-antagonist, burimamide (10tiM) did not significantly modulate PGI2 release.
7.      Although the H3-agonist (R)ox-MeHA induced release of PGI2, it failed to modulate PGI2 release in the presence of histamine.
8.      Low concentrations of the H3-antagonist, thioperamide (100 nM) did not modulate histamine release of PGI2 at all but after 24 h incubation, thioperamide (10-4 M) partially reduced PGI2 release in the presence of histamine.
9.      These results indicate that PGI2 from HUVEC is initiated and maintained via histamine HI-receptor occupancy. There appears to be no involvement of either H2- or H3-receptors in this particular endothelial cell histaminergic response.

Keywords: Histamine receptors; endothelial cells; prostacyclin

Fulltext : Download here, via Mediafire

Sumber : Br. J. Pharmacol. (1992), 107, 276-281









Senin, 20 Februari 2012

Alergi dan Penyakit Karena Alergi

Alergi dan Penyakit karena Alergi

Yance Anas, M.Sc., Apt
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim

Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas yang diawali oleh mekanisme immunologi spesifik.Semenjak tahun 1918, angka kejadian penyakit karena alergi terus meningkat, terutama di negara-negara industri maju.  Saat ini, angka kejadian alergi di seluruh dunia mencapai 30%, dimana alergi dapat terjadi pada semua rentang usia dan pada berbagai organ (Johansson, 2009).  Manifestasi penyakit karena alergi yang paling berbahaya adalah reaksi anafilaksis, sebuah sindrom sistem kardiovaskuler yang berpotensi menimbulkan keadaan gawat darurat pada anak-anak dan orang dewasa (Tringgani, et.al., 2008). 

Reaksi anafilaksis diawali oleh adanya interaksi antara alergen dan IgE yang kemudian akan terikat kuat pada reseptor spesiik IgE (FcεRI) pada permukaan membran sel mast dan basofil di berbagai jaringan. FcεRI merupakan reseptor terikat protein G yang terdistribusi luas pada permukaan membran sel mast dan basofil.  Signal transduksi yang terjadi pertama kali setelah FcεRI diaktivasi adalah terjadinya fosforilasi phospholipase Cγ (PLCγ).  PLCγ kemudian akan menghidrolisis phosphatydilinositol-4,5-bisphosphate (PIPP) yang menghasilkan inositol triphosphate (IP3) dan diacylglyserol (DAG).  IP3akan memediasi pelepasan Ca2+ intraseluler dari calcium-store, sedangkan DAG akan mengaktifkan protein kinase C (PKC).  Ion kalsium intraseluler dan PKC dilaporkan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses degranulasi sel mast (Hamawi, et.al., 2005). Pelepasan mediator dari sel mast dan basofil biasanya terjadi dalam hitungan menit.  Histamin, triptase, karboksipetidase A, sistenil leukotrin C4, prostaglandin D2 dan platelet activating factor (PAF) dilepaskan dengan sangat cepat dari sel mast dan basofil yang bisa diaktifkan secara imunologik dan non-immunologik (Tringgani, et.al., 2008).Mediator-mediator ini akan memicu berbagai gejala alergi seperti pruritus, kemerahan, hilangnya kesadaran yang bersifat sementara, gangguan saluran pencernaan, mual, muntah, diare, nyeri tulang dan gangguan mental yang diakibatkan oleh gangguan fungsi otak
(Escribano,et al., 2006).
Gejala alergi sangat beragam dan tergantung dari sensitivitas pasien dan organ yang menjadi target dari reaksi alergi.  Umumnya, gejala berupa gangguan saluran pencernaan (nyeri abdomen, kembung, muntah, diare), atau gejala alergi yang terlihat pada kulit (gatal, urtikaria, bengkak dan kemerahan).Rasa gatal pada tenggorokan dan telinga merupakan manifestasi yang sering terjadi akibat alergi.Gejala lainnya berupa yang jarang terjadi adalah gangguan saluran pernafasan (asma alergi), dan biasanya berhubungan dengan rinitis alergi (Ruznak dan Davies, 1998).
Berbagai penyakit yang sering berhubungan dengan reaksi alergi diantaranya adalah asma, rinitis, conjunctivitis, dermatitis, urtikaria, hipersensitivitas obat dan makanan.Asma merupakan gangguan saluran pernafasan yang ditandai dengan terjadinya penyempitan saluran nafas.Salah satu penyebab asma adalah karena reaksi alergi (disebut juga dengan asma alergi), dimana IgE terlibat pada respon awal proses penyempitan saluran pernafasan.Beberapa penelitian melaporkan bahwa 8 % penderita asma anak-anak dan lebih dari 50 % penderita asma dewasa disebabkan karena reaksi alergi (Johansson, 2009).Rinitisalergi juga sering terjadi pada penderita asma dengan angka kejadian hampir 100% (Thomas, 2006), dimana keadaan ini sering menyulitkan pengobatan.Rinitis alergi pada pasien asma harus dideteksi sedini mungkin dan mendapatkan penanganan dalam terapi (Magnan,et al., 2008).

Berbagai laporan penelitian menyimpulkan terjadinya perubahan struktural pada saluran pernafasan penderita asma, diantaranya terjadi perubahan dalam tingkat kerapuhan sel epitel, hiperplasia sel goblet, pembesaran kelenjar mukus mukosa, angiogenesis, peningkatan deposisi matriks pada dinding saluran pernafasan, peningkatan jumlah sel otot polos saluran pernafasan, penebalan dinding, dan abnormalitas elastin.  Perubahan struktural dapat meningkatkan intensitas penyempitan saluran pernafasan karena terjadinya perubahan pada dinamika sel otot polos dalam jangka waktu yang lama, sehingga akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan relaksasi otot polos saluran pernafasan
(Bai dan Knight, 2005).  Abnormalitas otot polos saluran pernafasan merupakan mekanisme patologi utama yang terjadi pada pasien asma.Abnormalitas yang terjadi dapat berupa perubahan pada jumlah sel, ukuran, fenotip, atau fungsi sel otot polos (Woodruff, 2008).  Artikel selengkapnya silahkan di DOWNLOAD  ya bro.........

DAFTAR PUSTAKA
Bai, T.R. and Knight, D.A., 2005, Structural Changes in the Airways in Asma: Observations and Consequences, Clin. Sci., 108(6) : 463-477
Currie, G.P., Lee, D.K.C. and Srivastava, P., 2005, Long-acting Bronchodilator or Leukotriene Modifier as Add-on Therapy to Inhaled Corticosteroids in Persistent Asthma?, Chest, 128(4) : 2954-2962
Escribano, L., Akin, C., Castells, M. and Schwartz, L.B., 2006, Current Options in the Treatment of Mast Cell Mediator-related Symptoms in Mastocytosis, Inflamm Allergy Drug Targets, 5(1) : 61-77
Hendeles, L., Marshik, P.L., Ahrens, R., Kifle, Y. and Shuster, J., 2005, Response to Nonprescription Epinephrine Inhaler During Nocturnal asthma, Ann. Allergy Asma Immunol, 95(6) : 530-534
Huchon, G., Magnussen, H., Chuchalin, A., Dymek, L., Gonod, F.B. and Bousquet, J., 2009, Lung Function and Asthma Kontrol with Beclomethasone and Formoterol in a Single Inhaler, Respir Med, 103(1) : 41-49
Johansson, S.G.O, 2009, New Nomenclature and Clinical Aspects of Allergic Diseases, in Pawankar, R., Holgate, S.T. and Rosenwasser, R.J., Allergy Frontiers : Classification and Pathomechanisms, Vol. 2, Springer, Japan.
Johnson, M., 2006, Molecular Mechanisms of Beta(2)-adrenergic Receptor Function, Response, and Regulation, J. Allergy Clin. Immunol, 117(1) : 18-24
Kanazawa, H., 2006, Anticholinergic Agents in Asthma: Chronic Bronchodilator Therapy, Relief of Acute Severe Asthma, Reduction of Chronic Viral Inflammation and Prevention of Airway Remodeling, Curr Opin Pulm Med, 12(1) : 60-67

Magnan, A., Meunier, J.P., Saugnac, C., Gasteau, J. and Neukirch, F., 2008, Frequency and Impact of Alergic Rinitis in Asthma Patients in Everyday General Medical Practice: a French Observational Cross-sectional Study, Allergy, 63(3) : 292-298
Miyatake, A., Fujita, M., Nagasaka, Y., Fujita, K., Tamari, M., Watanabe, D., Nakano, N., Hidari, K.I.P.J. and Suzuki, Y., 2007, The New Role of Disodium Cromoglycate in the Treatment of Adults with Bronchial Asthma, Allergol Int, 56(3) : 231-239
Rusznak, C and Davies, R.J., 1998, ABC of Allergies : Diagnosing Allergy, BMJ, 316 : 686-689  
Simons, F.E., 1999, Is Antihistamine (H1-receptor Antagonist) Therapy Useful in Clinical Asthma?, Clin. Exp. Allergy, 29(3) : 98-104
Tanaka, K., 1996, The Clinical Application of Long-acting Preparations of Theophylline, Nippon Rinsho, 54(11) : 3108-3112
Thomas, M., 2006, Alergic Rinitis: Evidence for Impact on Asthma, BMC Pulm Med, 6(10) : 1-4
Woodruff, P.G., 2008, Gene Expression in Asthmatic Airway Smooth Muscle, Proc Am Thorac Soc, 5(1) : 113-118

Potensi Alergi Senyawa Turunan Kumarin


Potensi Antialergi Senyawa Turunan Kumarin

Yance Anas, M.Sc., Apt.
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim


Kumarin adalah senyawa alam yang dikelompokkan pada senyawa benzopiron, semua senyawa turunan kumarin memiliki cincin benzen yang bergabung dengan inti piron (Al-Bayati, et.al., 2010). Kumarin pertamakali diisolasi pada tahun 1820.Senyawa aktif golongan kumarin banyak terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi, terutama pada suku Rutaceae dan Umbelliferae.Sebagian senyawa turunan kumarin dalam tumbuhan, ditemukan dalam bentuk terikat dengan gula sebagai senyawa glikosida (Lucy dan Kennedy, 2004).

Profil Farmakologi Senyawa Turunan Kumarin

Senyawa turunan kumarin telah diketahui memiliki berbagai macam aktifitas biologis, diantaranya adalah sebagai antikoagulan, senyawa estrogenik, memicu reaksi fotosensitif pada kulit, antimikroba, vasodilator, anthelmintik, analgetik,menurunkan suhu tubuh (Al-Bayati, et.al., 2010), antiinflamasi, relaksan otot polos dan antikolesterol
(Hoult dan Payá, 1996)
Senyawa turunan kumarin yang terdapat pada bahan alam, seperti esculetin, fraxetin, daphnetin dan senyawa turunan kumarin lainnya tidak hanya dikenal sebagai penghambat aktivitas enzim lipooksigenase dan siklooksigenase, akan tetapi juga mempunyai kemampuan dalam menghambat pelepasan senyawa anion superoksida dari neutrofil.  Senyawa 7-hidroksi kumarin juga telah dilaporkan mampu menghambat biosintesis prostaglandin yang melibatkan intermediet hidroperoksi asam lemak(Fylaktakidou, et.al., 2004).

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa kumarin dan metabolitnya 7-hidroksi kumarin, menunjukkan aktifitas antitumor terhadap berbagai kutur sel kanker manusia secara in vitro, sehingga dapat dikembangkan sebagai senyawa antikanker.Pada beberapa sel kanker, berbagai senyawa turunan kumarin merupakan penghambat proliferasi sel yang cukup poten.Senyawa 7-hidroksi kumarin mampu menghambat pelepasan cyclin D1 yang banyak terekspresi pada berbagai jenis sel kanker.Senyawa 4-hidroksi kumarin dan 7-hidroksi kumarin juga telah diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat proliferasi kultur sel kanker lambung secara in vitro (Lucy dan Kennedy, 2004).  Coumestrol merupakan senyawa turunan kumarin yangmemiliki  strukturmolekul yang mirip dengan hormon estrogen (disebut sebagai fitoestrogen).  Coumestrol menunjukkan potensi yang signifikan sebagai “antihormonal kanker” seperti kanker panyudara pada wanita dan kanker prostat pada pria (Huang, et.al., 2007).
Senyawa turunan kumarin kelompok dihidropiranokumarin (4′′-hidroksitigloilkursinol, 4′′-hidroksidekursin, (2′′S,3′′S)-epoksiangeloildekursinol dan (2′′R,3′′R)-epoksiangeloildekursinol) yang diisolasi dari akar Angelica gigas dilaporkan memiliki potensi sebagai agen neuroprotektif,  sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai senyawa bahan alam yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit neurogeneratif seperti parkinson, alzheimer, epilepsy dan stroke isekemik.  Perlakuan keempat senyawa turunan kumarin tersebut (dengan rentang konsentrasi  0,1 – 10 μM) menunjukkan efek perlindungan terhadap neurotoksisitas yang diinduksi L-glutamat pada kultur sel cortical tikus (Kang, et.al., 2005).

Potensi Senyawa turunan Kumarin sebagai Anti-Alergi
Berbagai penelitian terdahulu juga menyimpulkan bahwa senyawa turunan kumarin memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai antialergi.  Hasil uji klinik menyimpulkan pemberian senyawa turunan kumarin BM 15.100 (3,4-dimetil-7-[4-(p-klorobenzil)-piperazin - 1 - il] - propoksikumarin.dihidroklorida) dosis tunggal 20 mg mampu melindungi penyumbatan bronkus pada manusia,60 menit setelah paparan allergen (Gonsior, et.al., 1979).  Senyawa ini mampu menghambat pelepasan histamin yang diinduksi oleh antigen pada sel leukosit manusia.  Efek lain dari senyawa ini adalah kemampuannya dalam menghambat re-uptake histamin oleh sel leukosit manusia terisolasi.  Efek tersebut berlangsung dengan pola tergantung dosis (Assem dan Chong, 1976)..........
Artikel selengkapnya silahkan DOWNLOAD (PDF) ....


Daftar Pustaka
Al-Bayati, R.I., Al-Amiery, A. A.H. and Al-Majedy, Y.K., 2010, Design, Synthesis and Bioassay of Novel Coumarins, Afr. J. Pure Appl. Chem.4(6) : 74-86
Assem, E.S. and Chong, E.K., 1976, Profiles of Different Anti-allergy Effects of a New Histamine Antagonist, BM 15,100, Br. J. Pharmacol, 57(3) : 437-438
Fylaktakidou, K.C., Hadjipavlou-Litina, D.J., Litinas, K.E. and Nicolaides, D.N., 2004, Natural and Synthetic Coumarin Derivatives with Anti-inflammatory/ Antioxidant Activities, Curr. Pharm, 10(30) : 3813-3833

Hoult, J.R. and Payá, M., 1996, Pharmacological and Biochemical Actions of Simple Coumarins: Natural Products with Therapeutic Potential, Gen. Pharmacol, 27(4) : 713-722
Huang, C.M., Wang, H.C., Huang, W.H. and Lee, A.R., 2007, A New 6-Substituted Coumarin Derivative, Taiwan Pharm. J.59(3) : 153-155
Kang, S.Y., Lee, K.Y., Sung, S.H. and Kim, Y.C., 2005, Four New Neuroprotective Dihydropyranocoumarins from Angelica gigas,J. Nat. Prod. 68 : 56-59
Lucy, A., and Kennedy, R.O., 2004, Studies  on  Coumarins  and  Coumarin-Related  Compounds  to  Determine their Therapeutic Role in the Treatment of Cancer, Curr Pharml Des, 10(30) : 3797-3811
Ragazzi, E., Froldi, G. and Fassina, G., 1989, Effects of Esculetin (6,7-dihydroxycoumarin) on Guinea-pig Tracheal Chains in Vitro, Pharmacol. Res, 21(2) : 183-192
Ryu, S.Y., Kou, N.Y., Choi, H.S., Ryu, H., Kim, T.S. and Kim, K.M., 2001, Cnidicin, a Coumarin, from the Root of Angelica koreana, Inhibits the Degranulation of Mast Cell and the NO Generation in RAW 264.7 Cells, Planta Med, 67(2) : 172-174
Watanabe, J., Shinmoto, H. and Tsushida, T., 2005, Coumarin and Flavone Derivatives from Estragon and Thyme as Inhibitors of Chemical Mediator Release from RBL-2H3 Cells, Biosci. Biotechnol. Biochem, 69(1) : 1-6

Potensi Alergi Senyawa Turunan Kumarin


Potensi Antialergi Senyawa Turunan Kumarin

Yance Anas, M.Sc., Apt.
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim


Kumarin adalah senyawa alam yang dikelompokkan pada senyawa benzopiron, semua senyawa turunan kumarin memiliki cincin benzen yang bergabung dengan inti piron (Al-Bayati, et.al., 2010). Kumarin pertamakali diisolasi pada tahun 1820.Senyawa aktif golongan kumarin banyak terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi, terutama pada suku Rutaceae dan Umbelliferae.Sebagian senyawa turunan kumarin dalam tumbuhan, ditemukan dalam bentuk terikat dengan gula sebagai senyawa glikosida (Lucy dan Kennedy, 2004).

Profil Farmakologi Senyawa Turunan Kumarin
Senyawa turunan kumarin telah diketahui memiliki berbagai macam aktifitas biologis, diantaranya adalah sebagai antikoagulan, senyawa estrogenik, memicu reaksi fotosensitif pada kulit, antimikroba, vasodilator, anthelmintik, analgetik,menurunkan suhu tubuh (Al-Bayati, et.al., 2010), antiinflamasi, relaksan otot polos dan antikolesterol (Hoult dan Payá, 1996)
Senyawa turunan kumarin yang terdapat pada bahan alam, seperti esculetin, fraxetin, daphnetin dan senyawa turunan kumarin lainnya tidak hanya dikenal sebagai penghambat aktivitas enzim lipooksigenase dan siklooksigenase, akan tetapi juga mempunyai kemampuan dalam menghambat pelepasan senyawa anion superoksida dari neutrofil.  Senyawa 7-hidroksi kumarin juga telah dilaporkan mampu menghambat biosintesis prostaglandin yang melibatkan intermediet hidroperoksi asam lemak(Fylaktakidou, et.al., 2004).
Penelitian terdahulu melaporkan bahwa kumarin dan metabolitnya 7-hidroksi kumarin, menunjukkan aktifitas antitumor terhadap berbagai kutur sel kanker manusia secara in vitro, sehingga dapat dikembangkan sebagai senyawa antikanker.Pada beberapa sel kanker, berbagai senyawa turunan kumarin merupakan penghambat proliferasi sel yang cukup poten.Senyawa 7-hidroksi kumarin mampu menghambat pelepasan cyclin D1 yang banyak terekspresi pada berbagai jenis sel kanker.Senyawa 4-hidroksi kumarin dan 7-hidroksi kumarin juga telah diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat proliferasi kultur sel kanker lambung secara in vitro (Lucy dan Kennedy, 2004).  Coumestrol merupakan senyawa turunan kumarin yangmemiliki  strukturmolekul yang mirip dengan hormon estrogen (disebut sebagai fitoestrogen).  Coumestrol menunjukkan potensi yang signifikan sebagai “antihormonal kanker” seperti kanker panyudara pada wanita dan kanker prostat pada pria (Huang, et.al., 2007).
Senyawa turunan kumarin kelompok dihidropiranokumarin (4′′-hidroksitigloilkursinol, 4′′-hidroksidekursin, (2′′S,3′′S)-epoksiangeloildekursinol dan (2′′R,3′′R)-epoksiangeloildekursinol) yang diisolasi dari akar Angelica gigas dilaporkan memiliki potensi sebagai agen neuroprotektif,  sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai senyawa bahan alam yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit neurogeneratif seperti parkinson, alzheimer, epilepsy dan stroke isekemik.  Perlakuan keempat senyawa turunan kumarin tersebut (dengan rentang konsentrasi  0,1 – 10 μM) menunjukkan efek perlindungan terhadap neurotoksisitas yang diinduksi L-glutamat pada kultur sel cortical tikus (Kang, et.al., 2005).

Potensi Senyawa turunan Kumarin sebagai Anti-Alergi
Berbagai penelitian terdahulu juga menyimpulkan bahwa senyawa turunan kumarin memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai antialergi.  Hasil uji klinik menyimpulkan pemberian senyawa turunan kumarin BM 15.100 (3,4-dimetil-7-[4-(p-klorobenzil)-piperazin - 1 - il] - propoksikumarin.dihidroklorida) dosis tunggal 20 mg mampu melindungi penyumbatan bronkus pada manusia,60 menit setelah paparan allergen (Gonsior, et.al., 1979).  Senyawa ini mampu menghambat pelepasan histamin yang diinduksi oleh antigen pada sel leukosit manusia.  Efek lain dari senyawa ini adalah kemampuannya dalam menghambat re-uptake histamin oleh sel leukosit manusia terisolasi.  Efek tersebut berlangsung dengan pola tergantung dosis (Assem dan Chong, 1976)..........
Artikel selengkapnya silahkan DOWNLOAD (PDF) ....


Daftar Pustaka
Al-Bayati, R.I., Al-Amiery, A. A.H. and Al-Majedy, Y.K., 2010, Design, Synthesis and Bioassay of Novel Coumarins, Afr. J. Pure Appl. Chem.4(6) : 74-86
Assem, E.S. and Chong, E.K., 1976, Profiles of Different Anti-allergy Effects of a New Histamine Antagonist, BM 15,100, Br. J. Pharmacol, 57(3) : 437-438
Fylaktakidou, K.C., Hadjipavlou-Litina, D.J., Litinas, K.E. and Nicolaides, D.N., 2004, Natural and Synthetic Coumarin Derivatives with Anti-inflammatory/ Antioxidant Activities, Curr. Pharm, 10(30) : 3813-3833
Hoult, J.R. and Payá, M., 1996, Pharmacological and Biochemical Actions of Simple Coumarins: Natural Products with Therapeutic Potential, Gen. Pharmacol, 27(4) : 713-722
Huang, C.M., Wang, H.C., Huang, W.H. and Lee, A.R., 2007, A New 6-Substituted Coumarin Derivative, Taiwan Pharm. J.59(3) : 153-155
Kang, S.Y., Lee, K.Y., Sung, S.H. and Kim, Y.C., 2005, Four New Neuroprotective Dihydropyranocoumarins from Angelica gigas,J. Nat. Prod. 68 : 56-59
Lucy, A., and Kennedy, R.O., 2004, Studies  on  Coumarins  and  Coumarin-Related  Compounds  to  Determine their Therapeutic Role in the Treatment of Cancer, Curr Pharml Des, 10(30) : 3797-3811
Ragazzi, E., Froldi, G. and Fassina, G., 1989, Effects of Esculetin (6,7-dihydroxycoumarin) on Guinea-pig Tracheal Chains in Vitro, Pharmacol. Res, 21(2) : 183-192
Ryu, S.Y., Kou, N.Y., Choi, H.S., Ryu, H., Kim, T.S. and Kim, K.M., 2001, Cnidicin, a Coumarin, from the Root of Angelica koreana, Inhibits the Degranulation of Mast Cell and the NO Generation in RAW 264.7 Cells, Planta Med, 67(2) : 172-174
Watanabe, J., Shinmoto, H. and Tsushida, T., 2005, Coumarin and Flavone Derivatives from Estragon and Thyme as Inhibitors of Chemical Mediator Release from RBL-2H3 Cells, Biosci. Biotechnol. Biochem, 69(1) : 1-

Marmin

Marmin 

Yance Anas, M.Sc., Apt.
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang


Marmin (7-(6’,7’-dihidroksigeranil-oksi) kumarin) merupakan salah satu senyawa aktif turunan kumarin yang banyak terkandung pada kulit batang dan kortek akar Aegle marmelos Correa. Marmin dapat diisolasi dari ekstrak kloroform dan ekstrak metanol kulit batang Aegle marmelos Correa.Selain itu, marmin juga ditemukan pada saat skrining senyawa aktif dalam ekstrak proteleum eter, ekstrak kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi n-butanol ekstrak metanol kortek akar Aegle marmelos Correa (Riyanto, 2003).

Proses isolasi marmin dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom vakum terhadap berbagai ekstrak kulit batang dan kortek akar Aegle marmelos Correa, sehingga diperoleh berbagai fraksi yang mengandung marmin.  Berbagai fraksi tersebut diuapkan dan direkristalisasi.   Marmin yang diisolasi dari kulit batang dan kortek akar Aegle marmelos Correa (gambar 2) merupakan kristal tidak berwarna berbentuk prisma, dengan titik lebur 126 – 128 °C.  Penentuan struktur kimia marmin tersebut dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap data spektum spekroskopi UV, IR, Massa, 1H-NMR, 13C-NMR dan spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI) 2 dimensi (1H-1H-COSY, HMQC dan HMBC).  Struktur kimia marmin dielusidasi sebagai (+)-7-[(6,7-dihidroksi-3,7-dimetil-2-oktonil)-oksi] kumarin atau (+) marmin (Riyanto, 2003).  Berdasarkan  struktur kimia, marmin merupakan senyawa turunan kumarin dengan subsitusi gugus oksi 6’.7’dihidroksi geranil pada atom C nomor 7 kerangka kumarin.  Pada berbagai penelitian sebelumnya, marmin juga terdapat pada beberapa tanaman obat lainnya, yaitu pada Citrus hasaku dan Aurantii Fructus Immaturus
(Yamada, et.al., 1987; Takase, et.al., 1994).
gambar struktur kimia marmin
Berbagai skrining uji aktivitas farmakologi marmin telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.Isolat marmin, salah satu senyawa turunan kumarin yang diisolasi dari jus oil Hassaku (Citrus hasaku) memiliki aktivitas spasmolitik pada usus halus marmut jantan terisolasi, dengan persentase efek penghambatan kontraksi sebesar 58 % (Yamada, et.al., 1987).  Pemberian marmin yang diisolasi dari Aurantii Fructus Immaturus secara oral dosis 10 – 50 mg/KgBB mampu menghambat luka pendarahan pada lambung tikus yang diinduksi dengan etanol dengan pola tergantung dosis (ED50 sebesar 17,2 mg/KgBB).  Marmin dosis 25 mg/KgBB yang diberikan secara intragastrik secara signifikan mampu menghambat motilitas lambung.Senyawa marmin tersebut juga memiliki efek relaksasi terhadap ileum marmut terisolasi yang dikontraksi oleh asetilkolin dan histamin (Takase, et.al., 1994). ..................
artikel lengkapnya silakhan DOWNLOAD aja ya sob........... 

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, A.E,Riyanto, S., Sukari, M.A. and Maeyama, K., 2008, The Effects of Compounds Isolated from Aegle marmelos Correa, on Histamine Release from Mast Cells, in 81st Annual meeting of Japanese pharmacological Society, Yokohama., March 17 - 18th2008.
Riyanto, S., 2003, Phytochemical Studies and Bioactivity Tests of Murraya paniculata Jack., Aegle marmelos Correa and Zingiber Amaricans Blume, Dissertasi, University Putra Malaysia.
Takase, H., Yamamoto, K., Hirano, H., Saito, Y. and Yamashita, A., 1994, Pharmacological Profile of Gastric Mucosal Protection by Marmin and Nobiletin from a Traditional Herbal Medicine, Aurantii fructus immaturus, Jpn. J. Pharmacol, 66(1) : 139-147
Yamada, Y., Nakatani, N. and Fuwa, H., 1987, Epoxyaurapten and Marminfrom Juice Oil in Hassaku (Citrus hassaku) and the Spasmolytic Activity of 7-Geranyloxycoumarin-related Compounds, Agric. Biol. Chem.,51(4) : 1105-1110

Kamis, 16 Februari 2012

Aegle maermelos Coreea

Aegle marmelos Correa
Yance Anas M.Sc., Apt.
Bagia Farmakologi dan Farmasi Klinik
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang


Aegle marmelos
Correa (Rubiaceae) atau yang sering dikenal juga dengan nama Maja (Modjo), merupakan pohon berkayu dengan ukuran sedang dan keras.Salah satu karakter tanaman ini adalah daun yang gugur setiap tahunnya. Pohon Aegle marmelos Correa (gambar 1) banyak tumbuh di India, Bangladesh, kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.  Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama Maja, Majapahit, Modjo, Bilak; sedangkan di Asia Selatan tanaman ini dikenal dengan nama Bael, Beli, Bergiri dan Sirphal (Riyanto, 2003). 


Aegle marmelos Correa merupakan salah satu tanaman obat yang sangat penting di India. Daun, buah, kulit batang dan akar telah digunakan sebagai etnomedisin. Ekstrak etanol herba Aegle marmelos Correa konsentrasi 2,5 mg/mL aktif menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa, serta menghambat pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis.  Dalam ekstrak etanol tersebut, ditemukan senyawa aktif golongan alkaloid, glikosida jantung, terpenoid, tannin, saponin, flavonoid dan steroid (Venkatesan, et.al., 2009).  Ekstrak metanol herbaAegle marmelosCorrea mengandung senyawa aktif golongan fenol dan flavonoidserta memiliki aktifitas sebagai antioksidan dengan metode DPPH (1,1 difenil-2-pikril hidrazil).Efek penangkapan radikal bebas ekstrak metanol herba Aegle marmelos Correa paling tinggi (IC50 sebesar 2,1 μg/mL) dibandingkan dengan ekstrak pelarut lainnya.  Potensi antioksi dan ekstrak metanol tersebut 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Butilated Hidroksi Toluen (BHT) (Siddique, et.al., 2009).
Di India, daun Aegle marmelos Correa secara empiris digunakan untuk mengobati penyakit diabetes, gangguan empedu, kolera, asma, bengkak dan konstipasi (Sudharameshwari dan Radhika, 2007).  Selain itu, juga telah digunakan sebagai astringent, laksatif, pengobatan inflamasi pada mata (ophthalmia), kehilangan pendengaran (Maity, et.al., 2009), dan mengobati borok saluran pencernaan (Siddique, et.al., 2010).  Serbuk kering daun Aegle marmelos Correa terbukti mempunyai efek hepatoprotektif terhadap kerusakan hepar tikus galur Wistar yang diinduksi oleh oleh alkohol (Singanan, et.al., 2007)
Ekstrak metanol daun Aegle marmelos Correa memiliki aktifitas hipoglikemik pada kelinci diabetes yang diinduksi oleh streptozotosin (Arumugam, et.al., 2008), dan tikus galur Wistar diabetes yang diinduksi oleh aloksan (Sabu dan Kutan, 2004). Senyawa aktif golongan kumarin dalam ekstrak metanol daun Aegle marmelos Correa diduga memiliki peranan penting terhadap aktifitas anti-mikrofilaria secara in vitro.  Inkubasi parasit Brungia malayi microfilariae dalam ekstrak metanol Aegle marmelos Correa 100 ng/mL selama 48 jam mampu menghilangkan motilitas parasit ini sebesar 100% (Sahare, et.al., 2008).
Kandungan senyawa aktif dari ekstrak air daun Aegle marmelos Correa memiliki efek antifertilitas pada tikus jantan galur Wistar sehingga mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan sebagai senyawa antifertilitas yang dapat digunakan untuk membatasi kehamilan.  Pemberian ekstrak air daun Aegle marmelos Correa dosis 250 dan 350 mg/Kg BB sehari selama 45 hari secara signifikan mengurangijumlah dan menghambat motilitas sperma sebesar 50 %, mengurangi densitas spermatozoa, mengurangi kemampuan fertilisasi sperma melalui perubahan bentuk morfologi sperma, sehingga kemampuan sperma untuk membuahi sel telur menjadi berkurang, menurunkan kadar hormon testosteron plasma dan berpengaruh terhadap perilaku seksual tikus jantan galur Wistar (Sathiyaraj, et.al., 2010)…………………………


Tulisan lengkap silahkan download ya…….
 
 DAFTAR PUSTAKA
Arul, V., Miyazaki, S. and Dhananjayan, R., 2005, Studies on the Anti-inflammatory, Antipyretic and Analgesic Properties of the Leaves of Aegle marmelos Corr, J Ethnopharmacol, 96(1) : 159-163
Arumugam, S., Kavimani, S., Kadalmani, B., Ahmed, A.B.A., Akbarsha, M.A. and Rao, M.V., 2008, Antidiabetic  Activity  of  Leaf  and  Callus  Extracts  of  Aegle marmelos in Rabbit, ScienceAsia,34 :  317-321
Brijesh, S., Daswani, P., Tetali, P., Antia, N. and Birdi, T., 2009, Studies on the Antidiarrhoeal Activity of Aegle marmelos Unripe Fruit: Validating Its Traditional Usage, BMC Complement Altern Med, 9 : 47
Kamalakkannan, N. and Prince, P.S.M., 2003, Effect of Aegle marmelos Correa. (Bael) Fruit Extract on Tissue Antioxidants in Streptozotocin Diabetic Rats, Indian J. Exp. Biol, 41(11) : 1285-1288
Kamalakkannan, N. and Prince, P.S.M., 2005, The Effect of Aegle marmelos Fruit Extract in Streptozotocin Diabetes : a Histopathological Study, J Herb Pharmacother, 5(3) : 87-96
Kaur, P., Walia, A., Kumar, S. and Kaur, S., 2009, Antigenotoxic Activity of Polyphenolic Rich Extracts from Aegle marmelos (L.) Correa in Human Blood Lymphocytes and E.coli PQ 37,  Rec. Nat. Prod. 3(1) : 68-75
Lampronti, I., Martello, D., Bianchi, N., Borgatti, M., Lambertini, E., Piva, R., Jabbar, S., Choudhuri, M.S.K., Khan, M.T.H. and Gambari, R., 2003, In Vitro Antiproliferative Effects on Human Tumor Cell Lines of Extracts from the Bangladeshi Medicinal Plant Aegle marmelos Correa, Phytomedicine, 10(4) : 300-308
Maity, P., Hansda, D., Bandyopadhyay, U. and Mishra, D.K., 2009, Biological Activities of Crude Extracts and Chemical Constituents of Bael, Aegle marmelos (L.) Corr, Indian J. Exp. Biol, 47(11), 849-861.
Nugroho, A.E., Riyanto, S., Sukari, M.A. dan Maeyama, K., 2010, Pengaruh Lupene-ol and Lupene-on dari Aegle marmelos Correa terhadap Pelepasan Enzim β–hexoaminodase dari Sel Mast, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 8(1) : 55-60
Remya, M., Sharma, R.C., Shoaib, H., Asad, R.J.U. and Swati, S., 2009, In Vitro Effect of Aegle marmelos on Human Sperm Motility, J. Med. Plant. Res3(12) : 1137 – 1139
Riyanto, S.,  Sukari, M.A., Rahmani, M., Gwendoline, C.L.E.,  Taufiq-Yap, Y.H., Aimi, N. and Kitajima, M., 2001a,  Alkaloids from Aegle marmelos (Rutaceae), Malaysian Journal of Analytical Sciences, 7(2) : 463-465
Riyanto,  S., Sukari, M.A., Rahmani, M.  dan Ali, A.M., 2001b. Identifikasi dan Uji Bioaktivitas Lupeol and Marmin yang dipisahkan dari Korteks Aegle marmelos. Biologi, 2(11): 685-692
Riyanto, S., 2003, Phytochemical Studies and Bioactivity Tests of Murraya paniculata Jack., Aegle marmelos Correa and Zingiber Amaricans Blume, Dissertasi, University Putra Malaysia.
Sabu, M.C. and Kuttan, R., 2004, Antidiabetic Activity of Aegle marmelos and Its Relationship with Its Antioxidant Properties, Indian J Physiol Pharmacol, 48(1) : 81–88
Sahare, K.N., Anandhraman, V., Meshram, V.G., Meshram, S.U., Reddy, M.V.R., Tumane, P.M. and Goswami, K., 2008, Anti-microfilarial Activity of Methanol Extract of Vitex negundo and Aegle marmelos and Their Phytochemical Analysis, Indian J of Exp. Biol, 46 : 128 – 131
Siddique, N.A., Mujeeb, M., Najmi, A.K. and Akram, M., 2009, Evaluation of Antioxidant Activity, Quantitative Estimation of Phenols and Flavonoids in Different Parts of Aegle marmelosAfr. J. Plant Sci.4(1) : 001 – 005
Singanan, V., Singanan, M. and Begum, H., 2007, The Hepatoprotective Effect of Bael Leaves (Aegle marmelos) in Alcohol Induced Liver Injury in Albino Rats, Int J. Sci Tech, 2(2) :  83-92
Venkatesan, D., Karrunakarn, C., Kumar, S.S. and Swamy, P.P., 2009, Identification of Phytochemical Constituents of Aegle marmelos Responsible for Antimicrobial Activity against Selected Pathogenic Organisms, Etnobot. Leaf., 13 : 1362-1372