Yance Anas, S.Farm., Apt
Dosen Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
DOWNLOAD
Penggunaan aspirin 650 mg 2 x sehari pada kehamilan, terutama pada trimester pertama masih bersifat kontrofersial, dan sebaiknya dihindari karena mungkin akan memiliki resiko teratogenik terhadap janin yang dikandung. Kontrofersi yang terjadi menunjukkan bahwa adanya beberapa laporan yang menyimpulkan terdapat kaitan antara penggunaan aspirin dengan efek samping pada ibu hamil dan perkembangan fetus (Corby, 1978). Sedangkan pada penelitian selanjutnya, menyimpulkan bahwa penggunaan aspirin selama kehamilan tidak menunjukkan adanya peningkatan resiko kerusakan jantung congenital dan tidak berhubungan dengan gangguan malformasi struktural lainnya (Werler, et.al. 1989). Penelitian retrospektif dengan desain case-control di Hungaria menyimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya peningkatan resiko beberapa kelainan congenital akibat penggunaan aspirin pada wanita hamil trisemester pertama (Nørgård et al. 2005). Oleh karena itu, dalam hal resiko penggunaan pada wanita hamil, FDA telah mengelompokkan aspirin sebagai analgetik dengan kategori C, yaitu menunjukkan efek berbahaya dalam penelitian “no well-controlled studies” pada hewan percobaan, tapi tidak termasuk pada manusia (Anonim, 2007).
Analgetik pilihan utama (the first choice) pada wanita hamil trimester pertama adalah parasetamol. Parasetamol masih menjadi andalan untuk digunakan sebagai analgetik pada serangan migraine akut selama trimester pertama (Fox, et.al. 2005). Secara umum, paracetamol tidak berkaitan dengan peningkatan resiko cacat kelahiran. Penggunaan paracetamol dosis tunggal selama kehamilan trimester pertama tidak menunjukkan peningkatan resiko cacat kelahiran mayor (Evidence class : II) (Feldkamp, et al. 2010).
Pilihan terapi migraine dengan obat selama kehamilan sangat terbatas dan sebisa mungkin dihindari. Obat pilihan utama adalah parasetamol dosis tunggal sehari (Feldkamp, et.al. 2010). Penggunaan analgetik yang dapat diterima untuk serangan akut diantaranya adalah acetaminophen, caffeine dan opioids . Caffeine hanya akan efektif pada wanita hamil yang tidak mempunyai kebiasaan minum kopi. Senyawa golongan opioid yang dapat digunakan pada wanita hamil trimester pertama adalah senyawa opioid kategori B (kategori berdasarkan resiko pada wanita hamil), yaitu morfin dan meperidine (Armon, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Nonprescription Products for the Pregnant and Breast-Feeding Patient: Pregnancy. Available at: http://www.medscape.com/viewarticle/563827_3 [Accessed June 25, 2010].
Armon, C., 2010. Neurologic Disease and Pregnancy: eMedicine Neurology. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1149405-overview [Accessed June 25, 2010].
Corby, D.G., 1978. Aspirin in pregnancy: maternal and fetal effects. Pediatrics, 62(5 Pt 2 Suppl), 930-937.
Feldkamp, M.L. et al., 2010. Acetaminophen use in pregnancy and risk of birth defects: findings from the National Birth Defects Prevention Study. Obstetrics and Gynecology, 115(1), 109-115.
Fox, A.W., Diamond, M.L. & Spierings, E.L.H., 2005. Migraine during pregnancy: options for therapy. CNS Drugs, 19(6), 465-481.
Nørgård, B. et al., 2005. Aspirin use during early pregnancy and the risk of congenital abnormalities: a population-based case-control study. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 192(3), 922-923.
Werler, M.M., Mitchell, A.A. & Shapiro, S., 1989. The relation of aspirin use during the first trimester of pregnancy to congenital cardiac defects. The New England Journal of Medicine, 321(24), 1639-1642.
Porsting Terkait
Porsting Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar